Select Menu

Softskill

Laporan LabSI

» » Kasus Diskriminasi - Penerimaan Tenaga Kerja


Unknown 10.03 0





TUGAS SOFTSKILL



Diskriminasi dalam syarat penerimaan tenaga kerja

     
           Nama             :   Agus Handratha A
           NPM              :   1B114123
           Kelas              :   4KA45
           Mata Kuliah   :   Ilmu Sosial Dasar
           Dosen             :   Rizki Intansari Nugrahani


Pendidikan dianggap sebagai sarana meninggikan diri bukan untuk tujuan mulia untuk memajukan bangsa ini? Inilah fenomena yang sering dihadapi dalam dunia pendidikan akhir-akhir ini. Pelaku pendidikan kadang saling tidak menghargai dan menganggap dirinya tinggi karena gelar akademik yang disandangnya atau karena jurusan/progdi pilihannya merupakan jurusan favorit. Pendidikan tidak lagi difungsikan sesuai dengan tujuan utama pendidikan itu sendiri. Pendidikan yang seharusnya menjadi sarana penyetaraan umat manusia malah menjadi sarana untuk menindas dan merendahkan sesama. Orang yang bergelar tinggi tidak menghargai orang lain yang mempunyai gelar di bawahnya atau mungkin tidak bergelar akademik. Tindakan-tindakan ini kita kenal dengan istilah yang disebut DISKRIMINASI.

Perhatikan lowongan pekerjaan yang sering dicantumkan di beberapa media online ataupun cetak. Rata-rata dari seluruh syarat tenaga kerjanya adalah diharuskan sarjana atau dengan fisik yang bagus. Padahal tidak semua orang anak di Indonesia berkesempatan duduk di bangku kuliah menyandang gelar sarjana karena terkait dengan kemampuan orang tua dan ekonomi keluarganya. Banyak sebenarnya yang tidak duduk di bangku kuliah tapi memiliki kemampuan yang baik dalam satu hal atau beberapa hal. Justru terkadang lulusan suatu perguruan tinggi pun beberapa ada yang hanya sekedar lulus tanpa menguasai materi kuliah yang didapatkannya sewaktu belajar.

Terkadang perusahaan lebih percaya dengan lulusan bertitle tinggi ketimbang remaja yang tidak memiliki title karena keadaan ekonomi tapi memiliki kemampuan yang sebenarnya bisa diterapkan pada perusahaan atau instansi tersebut.

Dari pengalaman saya, sebuah cerita dari teman yang hanya lulusan SMA dan sudah bekerja di suatu perusahaan dengan posisi yang sederajat dengan lulusan sarjana. Dia mengatakan banyak lulusan sarjana tersebut yang tidak tahu apa-apa dengan pekerjaannya dan meminta diajari oleh orang yang bahkan hanya lulus bangku SMA, bahkan beberapa kasus juga sering terjadi hal demikian.

Dengan ini seharusnya tidak ada yang namanya diskriminasi dalam penerimaan tenaga kerja. Memang pendidikan itu penting, namun ada satu pertanyaan saya, yaitu untuk orang yang tidak mampu apakah harus tertindas dengan ketidakmampuan ekonomi untuk menempuh pendidikan tinggi sehingga sulit mendapatkan pekerjaan?. Yang banyak terjadi, beberapa yang berpendidikan tinggi bahkan memandang rendah yang tidak berpendidikan tinggi, sehingga hal itu akan menimbulkan rasa iri, dendam, marah, dan kecewa dengan keadaan yang dirasakan oleh mereka yang tidak beruntung dalam ekonominya. Beberapa jadi nekat menjadi penjahat, kriminal, dan tidak bisa diatur karena adanya diskriminasi tersebut.

Saya punya saran untuk hal itu, coba berikan kesempatan untuk yang tidak berpendidikan tinggi itu di suatu bidang pekerjaan yang layak dengan penghasilan yang tidak dibedakan. Kenapa tidak dibantu untuk pendidikan saja? memang benar hal itu bagus, namun beberapa pasti punya alasan kenapa tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Mungkin saja ada yang harus membantu orang tuanya mencari uang untuk makan sehari-hari yang bahkan bisa menghabiskan waktu seharian. Dengan diberi kesempatan pekerjaan yang layak dan bisa melakukannya, mungkin saja nantinya dia dapat melanjutkan pendidikan dan juga tetap dapat membantu orang tuanya dengan hasil dari penghasilan pekerjaannya.

Sehingga diharapkan tidak ada lagi tindak kejahatan akibat diskriminasi tersebut karena tidak diberikan kesempatan untuk membuktikan kemampuannya. Kalau saja beberapa atau mungkin perusahaan-perusahaan memiliki perasaan seperti itu, bisa jadi mengurangi angka kemiskinan dan menambah sumber daya manusia yang berkualitas di Indonesia tanpa adanya diskriminasi dalam penerimaan tenaga kerja.

Kata-kata ini mungkin akan berguna, "Jika belum dicoba dan diberi kesempatan, siapa yang akan tahu hasilnya. Tapi kalau sudah dicoba, masalah bisa atau tidaknya nanti hasilnya akan langsung terlihat tanpa harus menebak-nebak". Yang terpenting adalah diberi kesempatan untuk mencoba, kalau bisa jangan menutup kesempatan kepada siapapun yang ingin mencobanya.

Itulah yang bisa saya sampaikan dari kasus tersebut menurut pemikiran dan apa yang saya lihat sering kali terjadi dan juga saya mencoba membantu dengan memberikan saran untuk mengatasi masalah tersebut dengan memperhatikan bantuan apa yang benar-benar dibutuhkan. Sekian tulisan dari saya, kalau ada salah-salah kata mohon dimaafkan ya. Terima kasih.

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar

Leave a Reply